Tampak kota di keheningan malam dari bukit Steling
Di tengah ramainya Kota Samarinda, ada satu spot yang bisa jadi tempat kabur sejenak sederhana penuh kreativitas, tentunya punya view yang bikin hati adem. Bukit Steling terletak di kawasan Selili, Samarinda Ilir, bukit ini bukan hanya sekadar tempat mendaki, ini juga menjadi tempat di mana alam dan kota saling menyalahkan.
๐ Kota di Bawah Langit
Begitu mencapai puncak Bukit Steling, kamu akan disambut oleh pemandangan gemerlap kota dengan sungai yang melintang sejauh mata memandang, sungai Mahakam berkelok lembut, dihiasi ponton dan kapal besar yang tampak seperti miniatur bergerak ๐คญ, lampu kota berkilau di kejauhan, terutama saat malam, menciptakan city lights yang romantis dan reflektif, langit terbuka lebar, cocok untuk menikmati sunrise yang hangat atau sunset yang syahdu.
Dengan ketinggian sekitar 117 meter, bukit ini tergolong
ramah untuk pendaki pemula. Jalurnya dimulai dari gang kecil di pemukiman
warga, lalu berlanjut ke tangga beton dan jalur tanah berbatu. Meski menanjak,
waktu tempuh hanya sekitar 30 menit dan setiap langkah terasa ringan karena
suasana yang tenang dan udara yang sejuk.
๐งบ Aktivitas Favorit di Bukit Steling
Tentunya tidak hanya mendaki, banyak pengunjung datang untuk piknik santai di atas tikar sambil menyeruput kopi hangat, camping ringan dengan tenda pribadi dan warung terdekat sebagai penyelamat saat lapar-laparnya ๐, untuk foto-foto, coba-coba mendaki sebelum menempuh gunung yang lebih tinggi lagi.
Harga tiket masuknya pun sangat terjangkau hanya
Rp5.000 - Rp10.000 per orang. Dan yang paling menarik bukit ini buka 24 jam,
jadi kamu bisa datang kapan saja bahkan untuk menikmati suasana malam yang
penuh cahaya.
๐ณ Jejak Sejarah dan Filosofi Alam
Gunung Steling, atau dikenal juga sebagai Gunung Selili, merupakan salah satu titik tertinggi di Samarinda. Dari puncaknya, terbentang panorama kota, Sungai Mahakam, dan jembatan-jembatan yang melayang di atasnya seperti menara pengawas alami yang merekam denyut kehidupan ibu kota Kalimantan Timur.
Namun, Gunung Steling bukan sekadar tempat wisata. Di masa Perang Pasifik (1941–1945), puncaknya dijadikan benteng pertahanan Jepang. Selain jejak militer, lereng Gunung Steling menyimpan lubang-lubang tambang batu bara peninggalan era kolonial. Di masa perang, lubang-lubang ini dimanfaatkan sebagai jalur intai dan gerak bawah tanah oleh pasukan Jepang.
Meski tak banyak dikenal, Gunung Steling menyimpan kisah sejarah yang penting bagi Samarinda sebuah bukti bahwa kota ini bukan hanya daratan rendah, tapi juga tanah juang yang menyimpan cerita dari masa silam.
Bagi kamu yang suka membuat konten bertema spiritual, komunitas, atau visual storytelling, Bukit Steling bisa jadi opsi. Bayangkan transisi dari jalur pendakian ke city lights.
๐ฌ Di Atas Bukit, Kita Belajar Melihat Lebih Luas
Bukit Steling bukan hanya tentang mendaki, tapi tentang menemukan sudut pandang baru. Di sana, kota terlihat kecil, langit terasa dekat, dan hati jadi lapang. Mengingatkan kita bahwa keindahan tidak selalu jauh kadang cukup dengan melangkah naik dan membuka mata.
0 Komentar:
Posting Komentar