30 September 2025

Kampung Tenun Samarinda: Warisan Budaya yang Hidup di Tepi Sungai Mahakam


Sumber: commons.wikimedia.org

Samarinda - Salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi adalah Kampung Tenun Samarinda, sebuah kawasan di tepi sungai yang menjadi pusat kerajinan tenun khas. Di sini, pengunjung bisa merasakan langsung bagaimana tradisi menenun diwariskan secara turun-temurun, sambil menikmati suasana kampung yang autentik dan ramah. Kampung ini bukan hanya tempat berbelanja suvenir, tapi juga ruang edukasi budaya yang menyentuh hati.

Kampung Tenun Samarinda terletak di Kelurahan Tenun, Kecamatan Samarinda Seberang, tepat di tepian Sungai Mahakam. Kawasan ini resmi diangkat sebagai kawasan wisata berbasis kerajinan pada tahun 2012 oleh Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), menjadikannya destinasi yang menggabungkan pariwisata dan pelestarian budaya. Pengunjung akan disambut dengan deretan rumah panggung tradisional bergaya Bugis, di mana hampir setiap rumah menjadi workshop tenun.

Sejarah Kampung Tenun Samarinda

Sejarah Kampung Tenun tak lepas dari perjalanan suku Bugis yang bermigrasi ke wilayah ini. Pada abad ke-17, setelah Perjanjian Bongaya tahun 1668 antara Kesultanan Gowa dan Belanda, banyak bangsawan Bugis dari Kerajaan Bone dan Wajo yang hijrah ke Kerajaan Kutai untuk mencari suaka. Mereka membawa serta keahlian menenun, yang kemudian berkembang menjadi tenun Samarinda yang unik. Tenun ini merupakan perpaduan motif Bugis, Dayak, dan Kutai, dengan sarung sebagai produk utama yang awalnya digunakan untuk acara sakral, adat, dan ibadah, kini menjadi cinderamata khas Samarinda.

Motif-motif terkenal seperti Belang Hatta (terinspirasi dari kunjungan Bung Hatta), Ayam Pelopo, Garanso, dan Burica, mencerminkan nilai sejarah dan budaya yang dalam. Kampung ini telah ada sejak ratusan tahun lalu, dan pada tahun 1960-1998, motif sarung merah tua dengan kotak-kotak hitam bahkan menjadi lambang Kota Samarinda. Saat ini, aktivitas menenun masih dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga menggunakan ATBM, menjaga tradisi agar tidak punah di tengah era modern.

Aktivitas Menarik di Kampung Tenun

Berkunjung ke sini bukan sekadar tur biasa; ini adalah pengalaman imersif. Pengunjung bisa:

  • Menyaksikan Proses Tenun: Lihat langsung bagaimana benang dirajut menjadi kain indah. Para pengrajin ramah dan siap menjelaskan setiap langkah, dari pemintalan benang hingga finishing.
  • Belajar Menenun: Coba sendiri menggunakan gedokan! Ini kesempatan langka untuk merasakan kesabaran dan keterampilan yang dibutuhkan.
  • Berbelanja Suvenir: Beli sarung, kain tenun, atau aksesoris dengan harga bervariasi, mulai dari Rp200.000 hingga Rp500.000 tergantung kualitas dan motif. Produk ini bisa dikirim ke seluruh Indonesia.
  • Sesi Foto Etnik: Pose di antara rumah panggung atau tepi sungai dengan mengenakan kain tenun. Suasana kampung yang asri sangat Instagramable.
  • Eksplorasi Sekitar: Jangan lewatkan Masjid Shiratal Mustaqiem yang bersejarah (dibangun 1881) atau Cagar Budaya Rumah Adat di dekatnya.

Tips Berkunjung ke Kampung Tenun Samarinda

Agar perjalanan Anda lebih menyenangkan, berikut beberapa tips praktis:

  • Lokasi dan Akses: Kampung berada di Jalan Panglima Bendahara, Samarinda Seberang, sekitar 8 km dari pusat kota. Bisa dijangkau dengan mobil, ojek online, atau kapal feri melintasi Sungai Mahakam. Jika dari bandara, butuh sekitar 30-45 menit.
  • Waktu Terbaik: Kunjungi pada pagi atau siang hari (08.00-16.00) untuk melihat aktivitas tenun yang sibuk. Hindari musim hujan (November-Februari) karena kawasan rawan banjir pasang surut sungai.
  • Biaya Masuk dan Belanja: Tidak ada tiket masuk resmi, tapi siapkan uang untuk donasi atau belanja. Harga kain mulai dari Rp200.000. Bawa uang tunai karena tidak semua tempat menerima pembayaran digital.
  • Persiapan: Pakai pakaian nyaman dan sepatu anti-slip karena jalanan bisa licin. Bawa topi, sunscreen, dan air minum. Jika ingin belajar menenun, minta izin dulu ke pengrajin – mereka sangat welcoming!
  • Etika Berkunjung: Hormati privasi warga, minta izin sebelum foto, dan dukung lokal dengan membeli produk asli. Jangan lupa cicipi kuliner sekitar seperti amplang atau soto Banjar untuk lengkapi pengalaman.

0 Komentar:

Posting Komentar